Sabtu, 10 September 2016

Tabloid Idul Fitri

JENDELA IDUL FITRI

Oleh :
Pimp. Dayah Nurul huda /khatib mesjid al-Abraar caleue

Ceramah Idul Fitri


A.      Iftitah
                Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ( Q.S. ar-rum : 30)

            I’dil fitri, merupakan hari kemenangan bagi orang mukmin yang telah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh. Diawal bulan syawal ini, ramadhan telah mengantarkan manusia  mencapai gerbang kehidupan baru dan bermakna. Puasa merupakan, kewajiban yang harus dan wajib dilaksanakan manusia berdasarkan perintah Allah swt. Disamping itu, puasa juga mempunyai hikmah yang sangat luar biasa, seperti sabda nabi. Puasalah kamu supaya kamu sehat. Pagi ini, kita (manusia) sudah berada pada kehidupan yang sehat serta manusia yang taat dan bertaqwa. Takbir menggema dan bersahutan merupakan suatu ciri kegembiran, dimana manusia secara psikologi kalau mendapat suatu kegembiraan secara spontan ia akan keluar dimulutnya lafaz Allahu Akbar. Namun pada hari raya, mempunyai nuansa yang sangat-sangat berbeda. Kalimat menggagungkan Allah tersebut, secara serentak dan sisstematis telah diatur oleh agama dan diikuti oleh jamaah secara beramai-ramai dan dengan kalimat yang sangat indah sekali.

B.      Ta’limat
Hari ini, manusia sudah berada dalam tiga titik  demensi yang mendasar, yaitu : demensi ramadhan, demensi   zakat fitrah dan demensi fitri (idil fitri). Ketiga demensi tersebut, mempunyai makna dan hikmah yang sangat tingi, walaupun kedudukan yang berbeda yaitu:  bila dilihat dari segi ilat hukumnya, Yaitu : puasa dan zakat adalah wajib dilaksanakan sedangkat shalat A’id adalah  sunat, namun demensi tersebut tetap berlalu dengan sendirinya. Dalam hal ini, pada hakikatnya ketiga-tiga demensi tersebut adalah, untuk membentuk manusia baru dalam menghidupkan kehidupan manusia yang lebih bermartabat dan bermakna. Manusia makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman (kepada Allah), dengan mempergunakan akalnya maupun memahami dan mengamalkan wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatanya dan berahklak.

           1.   Fitrah dan kaitannya dengan manusia
Fitrah berasal dari bahasa arab yang secara loghawi bermaksud : sifat yang disifati dengannya terhadap segala wujud pada awal kejadian. Ibn khaldun memaknai fitrah sebagai potensi-potensi lahiriyah yang mempengaruhi menjadi actual setelah mendapat rangsangan (pengaruh) luar. Jiwa apabila berada dalam fitrahnya yang semula (fitrah al-aula) siap menerima kebaikan dan kejahatan yang dating dan melekat padanya. Ibn Khaldun mendasarkan teori fitrah nya pada hadits yang bermakna sebagai berikut: ‘’ setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ibu bapanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi’’.

Berdasarkan kandungan hadits di atas menunjukkan bahwa yang dimaksudkan dengan fitrah adalah potensi baik. Manusia pada dasarnya adalah baik, pengaruh-pengaruh yang datang kemudianlah yang akan menentukan apakah jiwa manusia tetap baik atau menyimpang menjadi jahat.

Ahmad Jawad Maghniyah memaknai kata fitrah mengacu kepada Gharizah (instink) di dalam diri manusia, menerima kebaikan ketika ia mengetahui, bahwa sesuatu itu baik dan ia mempertahankannya serta menolak kejahatan ketika ia tahu bhwa sesuatu itu jahat. Tafsir al-Kasyi. Hal 20

Ceramah Idul Fitri


Berdasarkan interpretasi para penafsir tersebut, potensi baik merupakan disposisi yang telah diberi yang akan mengarahkan seseorang untuk lebih tepat mengenal tuhannya untuk berbuat baik, dan yang dapat dirusak jika anak dibesarkan oleh orang tua yang tidak bermoral. Hal ini tertuang dalam al-quran surat al-A’raf ayat 171.

 Artinya : dan (ingatlah), ketika Kami mengangkat bukit ke atas mereka seakan-akan bukit itu naungan awan dan mereka yakin bahwa bukit itu akan jatuh menimpa mereka. (dan Kami katakan kepada mereka): "Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu, serta ingatlah selalu (amalkanlah) apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang-orang yang bertakwa".

Ibn katsir menjelaskan Allah member khabar, bahwa ia mengeluarkan anak manusia dari sulbi-sulbi serta mereka bersaksi atas diri mereka, yaitu tiada Tuhan selain allah. Al-bagdadi menandaskan, bahwa ikrar itu terukir dengan pena ciptaan Allah di permukaan qalbu dalam lubuk fitrah...’’. Lebih lanjut ia menegaskan, bahwa ikrar itu telah terwujud dalam sulbi ayah, bukan dalam rahim ibu.

2.   Posisi manusia di hari fitrah
Sangat banyak ulama dan pakar serta intelektual yang memberikan rumusan tentang  manusia. Ditinjau dari segi filsafat manusia sebagai mahkluk yang tumbuh dan berkembang dalam proses komunikasi antar individualitas dan lingkungannya.  (M. Arifin)


Menurut pakar pendidikan barat manusia adalah mahkluk yang harus dididik (animal educability) atau menurut pakar pendidikan arab manusia sebagai (qabil li-tarbiyah).

a.  Posisi anak dan tetangga
Bila manusia itu seorang anak yang mempunyai orang tua, pada hari ini ia punya kewajiban untuk berbuat baik kepadanya.

Artinya: dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (al-ankabut :8)

Bila manusia sebagai kerabat, ia mempunya hak dengan kerabatnya.
Artinya : Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (as-Syura: 23)

Bila manusia sebagai tetangga ia punya kewajiban terhadap tetangganya untuk menyambung tali rahim.

Artinya: sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. (an-Nisa’ 36)

b.   Posisi orang tua
Bila kita cermati seorang laki-laki, yang namanya diabadikan sebagai salah satu nama surat al-quran pasti kita tau orangnya  yaitu lukmanul hakim. Al-quran menghadirkan nasihat lukmanul hakim kepada anaknya sebagai nasihat yang sangat berharga bagi manusia pada zaman sekarang ini. Yaitu:

Nasihat lukman tentang ilmu tauhid
Artinya: (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.

Nasihat lukman tentang kewajiban shalat dan amar makruf.
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Nasihat lukman kepada anaknya supaya jangan sombong
Artinya: dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Artinya:  dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Inilah posisi manusia yang seharusnya dilakukan pada hari yang baik dan mulia ini, semoga hari fitrah ini menjadi berkualitas dan bermakna terhadap dirinya dan lingkungan lainya.
Idil fitri adalah lentera, izinkan membuka tabir  dengan maaf, agar cahayanya menembus jiwa fitrah dari tiap khilaf. 

Ceramah Idul Fitri


MEMPERINDAH HATI (QALBU)
Rasulullah SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).